Paskukan Siliwangi Cilik : Kisah Tersembunyi Para Tobang Divisi Siliwangi
Serdadu.ID – Tobang adalah sebutan untuk anak-anak yang kemudian ikut Divisi Siliwangi saat perang kemerdekaan 1 dan 2. Mereka para pasukan siliwangi cilik, rata-rata bertugas sebagai pembantu pasukan Siliwangi selama perang kemerdekaan 1 dan 2. Dalam taksiran usia, mereka rata-rata berusia 10 sampai 12 tahun dan biasanya mereka dianggap pupuk bawang dalam kesatuan dengan tugas membantu apapun yg dibutuhkan pasukan yang mereka ikuti.
Walaupun para paskukan Siliwangi cilik hanya bertugas sebagai pembantu, tapi tugas yang tobang ini tidak seenteng yang dibayangkan kebanyakan orang. Sebaliknya, malah kadang apa yang dilakukan oleh para tobang ini beberapa kali lebih berbahaya daripada pasukan di garis depan.
Paskukan Siliwangi Cilik di Bawah Desingan Peluru
Figur tobang dalam masa perjuangan kemerdekaan yang dijalani oleh para paskukan Siliwangi cilik bukan kaleng-kaleng semata. Diantara kerja-kerja keprajuritan seperti menjadi mata-mata yang di kirim ke garis belakang musuh dengan resiko yang tak kurang bahayanya pun sering diterima oleh para tobang siliwangi cilik ini.
Selain itu, mungkin tugas paling ringan untuk para pasukan Siliwangi cilik ini bisa dibayangkan seperti tugas memberi peluru bagi pasukan yang sedang bertempur dan juga tugas-tugas seperti menyediakan keperluan logistik seperti makanan, membawa tas juga dilakukan para tobang ini.
Baca Juga:
Di bawah desingan peluru mereka harus merangkak mendekati para tentara siliwangi dewasa yang kehabisan peluru. Diceritakan bahwa tugas para tobang digambarkan seperti ketika saat ada tentara yg berteriak “pelor habis!”, mereka harus merangkak mendekati ke prajurit yang meminta peluru lalu memberi peluru yg di minta dan akan bergerak lagi ke pejuang yang butuh peluru lagi.
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan RI
10 November 1945 perang besar di Surabaya meletus, di mana Pasukan Sekutu menyerbu dari darat, laut, dan udara. 12 November 1945 kemudian Sudirman diangkat sebagai pemimpin Tentara Keamanan Rakyat. Setelah itu, perlawanan massif dilakukan kembali oleh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Diawali dengan kronik peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. Dimana Sekutu menghubungi pihak pemerintah Indonesia dan menuntut wilayah Bandung agar dikosongkan dari unsur-unsur pasukan bersenjata. Pasukan Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang isinya maklumat; sebelum 24 Maret 1946 jam 24.00 kota Bandung harus sudah dibersihkan dari semua unsur tentara bersenjata dan laskar.
Baca Juga:
Hal ini memantik Nasution untuk melakukan negosiasi dengan pihak komandan Sekutu, Kolonel Hunt, akan tapi tidak tercapai kesepakatan. Sosok yang kemudian dikenal pada masa selanjutnya ini memberikan satu pidato dalam berita laporanya terhadap pasukan yang berbunyi, “Tiap sejengkal tumpah darah, harus dipertahankan” – Mayjen A.H. Nasution Divisi III Siliwangi.
Tanggal 23 Maret 1946, dalam kesaksiannya Nasution berkata: “Pukul 20.00 saya berdiri di sebuah bukit, sebelah selatan Dayeuhkolot bersama Mayor Rukana dan memeriksa pelaksanaan perintah saya. Berangsur-angsur kedengaran dentuman-dentuman, dan kelihatan kebakaran semakin hebat, mulai dari Cimahi sampai Ujungberung. (Ciumbuleuit, Sukajadi, dan lainlainnya) ”Kami menunggu bagaimana tindakan Inggris. Akan tetapi hanya terdengar tembakantembakan yang sebentar-sebentar, jauh di utara. Pukul 01.00 kami ke luar kota.” Jarah Dam III/Siliwangi.
Long March Siliwangi yang Melegenda
Perjalanan panjang prajurit Divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat akibat Agresi Militer I dimulai. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan Agresi Militer yang meliputi serangan ke Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Hasil diplomasi dari Perjanian Renville 17 Januari 1948 menghasilkan hasil damai yang dirasa merugikan republik Indonesia. Kembalinya pasukan Siliwangi ke Jawa Barat ini dikenal sebagai peristiwa Long March Divisi Siliwangi.
Baca Juga:
Prajurit Siliwangi beruntung karena peristiwa Long March ini menjadi legenda yang hanya melekat pada Divisi (Kodam) Siliwangi. Tidak saja tentaranya, tetapi masyarakat Jawa Barat sangat bangga dan menjadi buah bibir dari masa ke masa. Pada 1 Februari 1948 hingga 22 Februari 1948, sekitar 29.000 pasukan Siliwangi berjihrah ke Yogyakarta dan sekitarnya.
Linimasa Jasa Perjuangan Pasukan Siliwangi
- 1945-1948 berjuang mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan, menghadapi Agresi Belanda I dan II
- September 1948 menumpas pemberontakan PKI Muso di Madiun
- 1950-1959 menumpas pemberontakan APRA Andi Aziz
- 1949-1962 menumpas gerakan bersenjata DI/TII di Jawa Barat
- 1964 menumpas gerakan Kahar Muzakar
- 1961-1964 terlibat dalam operasi TRIKORA dan DWIKORA.
- 1993-1994 terlibat operasi pengamanan di Timor Timur, di bawah pimpinan Letkol Teguh Wiyono
- 1997-1998 terlibat operasi di Timor Timur di bawah pimpinan Letkol Robby Win Kadir. Berhasil menembak mati tokoh Fretilin, David Alex. Setahun kemudian terlibat operasi lagi dipimpin Letkol Sanius Abastari. Setahun berikutnya terlibat dalam rangka pengamanan jejak pendapat rakyat TimorTimur, di bawah pimpinan Letkol Agus Supriyadi.
- 1999-2000 terlibat dalam operasi pengamanan di Ambon di bawah pimpinan Letkol Daniel Effendy
- 2000-2001 terlibat dalam operasi pengamanan di daerah 2000-2001 Aceh. Salah satu hasilnya, panglima GAM, Tengku Mahdi tertembak mati. Operasi di Aceh terus berlangsung sampai tahun 2003.
- 2000-2003 terlibat dalam operasi pengamanan di Maluku Utara.