Mengenang Agresi Militer Belanda I: Perlawanan Tuntas TRIP dalam Perjuangan “Bumi Hangus” Kota Malang

Mengenang Agresi Militer Belanda I: Perlawanan Tuntas TRIP dalam Perjuangan “Bumi Hangus” Kota Malang
Mengenang Agresi Militer Belanda I: Perlawanan Tuntas TRIP dalam Perjuangan “Bumi Hangus” Kota Malang. (Foto Monumen TRIP)

Serdadu.IDMomen perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momen paling epik dalam catatan sejarah. Salah satunya adalah perlawanan tuntas TRIP dalam Perjuangan “Bumi Hangus” Kota Malang saat menghadapi gempuran Agresi Militer Belanda I.

Saat mengenang perlawanan tuntas TRIP dalam Perjuangan “Bumi Hangus” Kota Malang. Yang terngiang dalam ingatan, pukul 09.30 pagi 31 juli 1947. Ketika itu, kota Malang gempar dan jatuh ke tangan Belanda setelah terjadi pertempuran tidak seimbang antara tentara Belanda dan pejuang Indonesia.

Bentuk perlawanan yang mampu dilakukan oleh pejuang Rakyat Malang dan Tentara Rakyat hanya menahan gerakan pasukan Belanda agar tidak masuk ke Kota. Para Pejuang Rakyat Kota Malang kemudian melakukan strategi “Bumi Hangus” terhadap kota ini. Di tanggal inilah, Belanda pertama kali berhasil masuk ke kota Malang, dimana beberapa hari sebelumnya, sempat tertahan di Lawang. Momen ini menjadi peristiwa bersejarah kota Malang.

Baca Juga:

Sebagai cerita, waktu menunjukan pukul 02.00 pagi tentara Belanda membuka serangan melalui udara. Dimana mesin-mesin pesawat terdengar meraung-raung di udara. Tanpa basa basi, bom-bom mulai dijatuhkan dari langit kota Malang. Kota yang sudah hancur karena strategi Bumi Hangus ini tambah hancur berkeping-keping. Hampir disetiap sudut kota menjadi lokasi ledakan bom. Bahkan tentara dan warga kota Malang saat itu masih tertidur serentak bangun. Mereka semua sibuk mencari senjatanya, sambil berlarian ke pos pertahanan masing-masing dan melakukan perlawanan.

Melalui radio, Bung Tomo mengobarkan semangat arek-arek Malang agar terus bertempur sampai titik darah penghabisan. Ketika itu Bung Tomo mampu membakar semangat perjuangan tentara republik di Malang.

Dalam sela-sela pertempuran dengan menggunakan senjata api, tiba-tiba munculah Pasukan Bambu Rucing. Mereka rata-rata merupakan para pemuda Kampung Kauman, belakang lodji, atau Kasin.

Baca Juga:

Pemuda ini yang kemudian diawal melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, tetapi mereka jelas tidak mampu menghadapi persenjataan Marinir Belanda yang lengkap.

Oleh karena itu, mereka menunggu saat yang tepat dimana dapat melakukan perlawanan yang bisa berhadapan musuh satu lawan satu. Namun, agaknya kesempatan ini sangat sulit diperoleh, karena tentara Belanda cukup pintar untuk menghindari mereka.

Beberapa saat kemudian, keadaan berubah terbalik. Marinir Belanda dengan cepat bisa menguasai keadaan Tentara republik dan beberapa rakyat yang ikut dalam pertempuran semakin lama semakin semakin terdesak.

Baca Juga:

Tentara Belanda yang berlapis-lapis diam-diam mulai mengepung, moncong-moncong meriam tank Belanda mulai kelihatan jalannya cepat dan melindas segala rintangan. Segala macam barang meja, kursi, drum, pohon-pohon yang ditumbangkan dan lain-lain. Bunyi gelegar, terdengar berulang-ulang, sudah tak terhitung beberapa penduduk Rakyat Malang dan Tentara republik menjadi korban.

Mengenang Perlawanan Tuntas TRIP dalam Perjuangan “Bumi Hangus” Kota Malang

Salah satu perlawanan sengit dalam poros tentara adalah ketika pasukan Belanda dengan pasukan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) terlibat baku tembak di jalan Salak.

Pertempuran ini bermula ketika pasukan Belanda dengan pasukan TRIP bertemu di titik Jalan Salak. Diawali ketika pasukan Belanda yang bergerak dari Jalan Ijen, di depan gereja Katolik melihat beberapa orang TRIP berseragam hitam dan bersenjata di persimpangan Jalan Tanggamus dan Jalan Salak. Pasukan Belanda kemudian melepaskan tembakan kearah pasukan TRIP tersebut. Pasukan TRIP segera berpencar, mereka berpindah-pindah tempat dari satu halaman rumah ke rumah halaman lainnya.

Akan tetapi, pasukan Belanda lainnya secara diam-diam muncul dari arah jalan Tanggamus, Jalan Dempo, Jalan Kerinci dan Jalan Gede mengepung TRIP yang terdesak di jalan Salak.

Baca Juga:

Menghadapi lawan yang tak memiliki kekuatan besar, sekelompok pasukan TRIP yang berada diujung barat jalan Salak segera menyelinap ke kebun tebu di Desa Klampok Kasri.

Sementara itu, pasukan TRIP yang berada di bagian tengah jalan Salak tidak dapat melarikan diri sehingga mereka ditembaki oleh pasukan Belanda dalam pertempuran. Dari sekian banyak perlawanan yang dilakukan, tercatat anggota TRIP yang sangat menyita perhatian dan merepotkan dari proses penaklukan Jawa Timur dalam agenda Agresi Militer I. Sekelompok anggota TRIP gugur mempertahankan diri terhadap kepungan Tentara Bealanda (KNIL) di Jalan Salak. Hanya beberapa orang yang lolos. Dengan tembakan senapan mesin, disusul sebuan bayonet mereka tumbang dengan gagah.

Setelah pertempuran reda, rakyat yang masih tinggal di komplek memakamkan 34 jenazah Anggota TRIP yang gugur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *